LAPORAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN BAKTERI PADA INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN DENGAN BATU GINJAL DI RSUP SARDJITO dr. EKA YUDHA RAHMAN, M.Kes, SpU THE BACTERIAL PATTERN IN URINARY TRACT INFECTION AT THE KIDNEY STONE PATIENTS IN Dr. SARDJITO HOSPITAL EKA YUDHA RAHMAN1 , Aries Alpendri 2, R HR Danarto3 1) Departement of Microbiology, Division of Urology, Departement of Surgery , Faculty of Medicine, University of Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia 2) Division of Urology, Department of Surgery, Faculty of Medicine, University of Indonesia/ Dr. Cipto Mangunkusomo Jakarta, Indonesia 3) Subdivision of Urology, Department of Surgery, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University/ Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta, Indonesia ABSTRACT Introduction: Urinary tract infection and urosepsis are complicatioin which can preced or follow a kidney stone treatment. Often the stones themselves are the source of infection, whether they are infection stone or not. Systemic infection are difficult to foresee, and neither a pre-operative negative culture nor an antibiotic prophylaxis avoid infectious complication for certain. The primary predictime risk factors of urosepsis are: patient conditions, urinary tract infection or a history of recurrent infections, characteristics of the stone, and anatomy of the urinary tract. The purpose of this study was to know the bacterial and sensitivity pattern towards antimicrobials on kidney stones. Methods: Data were collected from medical record in 1 years period from January until Desember 2008 with descriptive study design. Clinical and laboratory data, including age and sex of patient, urine analysis, urine culture and sensitivity of antimicrobials. Results: We found 59 patients in that periode, 32 males and 27 females, the mean age was 52.5 10.31 with age 31 – 75 years old, most patients came from bantul (16.9%) and 25.4% patients were housewife. From urine analysis we found leucosituria (44.1%), eritrosituria (39.0%), nitrituria (3.4%) and bacteriuria (6.8%). Urine culture showed 7 patient positive culture. E. coli (2 patients (12.5%)) and Candida (2 patients (12.5%)) being the most common causative microorganism. Klebsiela pneumoniae (1 patients), Pseudomonas aeroginosa(1 patients), and Staph coagulase negative (1 patients) were another causative microorganism of urinary tract infection at kidney stone patients. No antimicrobials was sensitive to all bacteries while all antifungal was sensitive to candida. Conclusions: E. coli still being the most common causative microorganism of urinary tract infection. No antimicrobials was sensitive to all bacteries while all antifungal was sensitive to candida. Keywords: kidney stone, urinary tract infection, urine analysis, urine culture. Pendahuluan
Infeksi saluran kemih (ISK) dan urosepsis merupakan komplikasi yang bisa timbul
sebelum atau setelah penangangan batu ginjal. Seringkali batu tersebut merupakan sumber infeksi, baik batu infeksi maupun bukan. Infeksi sistemik sulit untuk diramalkan, dan belum tentu kultur urine yang negatif sebelum operasi dan antibiotik profilaksis dapat mencegah komplikasi infeksi. Faktor-faktor yang bisa digunakan untuk meramalkan urosepsis adalah: kondisi pasien, infeksi saluran kemih dan riwayat infeksi berulang, karakteristik batu, dan anatomi saluran kemih.1
Batu saluran kemih (BSK) merupakan kelainan urologi yang paling sering diderita oleh
manusia. Masalah kesehatan ini merupakan yang tertua yang diketahui menyerang manusia, para ilmuwan menemukan bukti bahwa batu ginjal telah ada pada mummy di Mesir yang berusia lebih dari 7000 tahun yang lalu.2
Puncak usia insiden batu terjadi pada rentang usia 20-50 tahun. Dikatakan laki-laki
terkena 3 kali lebih sering daripada wanita. Testosteron bisa menyebabkan peningkatan produksi oksalat di hati (predisposisi terjadinya batu calcium oxalat) dan wanita mempunyai konsentrasi sitrat yang tinggi dalam urine (sitrat menghambat pembentukan batu calcium oksalat. Faktor geografi, iklim dan cuaca mempunyai hubungan dalam pembentukan batu. Dimana batu ginjal lebih sering terjadi pada iklim yang hangat. Asupan air yang rendah dapat menjadi faktor predisposisi pembentukan batu. Diet tinggi protein hewani meningkatan resiko pembentukan batu. Diet tinggi garam menyebabkan hipercalciuria. Pekerjaan yang tidak memerlukan banyak gerakan meningkatan resiko terjadinya batu.3
Penyebab yang pasti dari BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang terlibat.
Diduga dua yang proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urine, yakni ketika volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidrosipatit membentuk inti. Ion kalsum dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi pada pnederita BSK.
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau kalsium
fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat (MAP), xantin dan sistin. BSK mempunyai komponen dasar kalsium sekitar 75% berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran oksalat dan fosfat. Identifikasi BSK dapat dilakukan dengan analisis batu, sehingga jenis dan komposisi batu dapat diketahui.
Batu saluran kemih bisa berkembang akibat dari infeksi saluran kemih. Selain itu BSK
yang bukan infeksi merupakan akibat dari kelainan metabolik atau perubahan metabolik yang sampai saat ini belum diketahui (contohnya pada jaringan ginjal), batu infeksi terjadi hanya bila ada infeksi pada saluran kemih).
Sejarah dari jenis batu infeksi ini sangat menarik. Deskiripsi pertama dari batu infeksi ini
(struvite) ditemukan pada pemakaman di Hungaria dari zaman perunggu.4 Pada awal tahun 1797, Wollaston5 menggambarkan komponen BSK sebagai magnesium ammonium phospate di publikasinya yang berjudul ‘On gouty and urinary concretions.’
Batu infeksi atau struvite merupakan penyakit batu yang paling berbahaya, karena
mempunyai komplikasi yang berpotensial untuk mengancam jiwa. batu ini mempunyai
komposisi magnesium ammonium phospate dan/atau carbonate apatite dan merupakan 15%-20% dari seluruh BSK.6
Brown7 yang pertama kali mengemukakan teori bahwa bakteri pemecah urine dan
kemudan menyebabkan dan memfasilitasi penbentukan batu. Brown juga yang pertama bisa mengisolasi Proteus vulgaris dari inti batu, yang sekarang diketahui menghasilkan urease.
Meskipun dikatakan ada hubungan antara infeksi saluran kemih dan pembentukan batu,
namun bukan faktor ini saja yang terlibat banyak pasien pyelonefritis kronis tidak menderita batu ginjal, atau batu hanya ada pada ginjal saja. Lebih jauh lagi, banyak BSK, tidak ditemukan adanya infeksi.8
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme
di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya. Dengan demikian air kemih didalam sistem saluran kemih biasanya steril. Walupun demikian ujung urethra bagain distal dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya berkurang dibagian urethra proksimal. Setelah melalui urethra biasanya sudah tercemar dengan bakteri yang terdapat di meatus urethra, preputium atau vulva. Infeksi yang terjadi bergantung dengan virulensi kuman dan mekanisme pertahanan tubuh. Secara umum faktor predisposisi memudahkannya terjadi ISK antara lain adanya bendungan aliran urine, refluks vesiko ureter, urine sisa dalam buli-buli, instrumentasi dan kehamilan.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, terbanyak
adalah bakteri. Penyebab lain meskipun jarang ditemukan adalah jamur, virus, klamidia, parasit, mikrobakterium. Didasari hasil pemeriksaan biakan urine kebanyakan ISK disebabkan oleh bakteri gram negatif aerob yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan (Entreobacteriaceae) dan jarang disebabkan oleh bakteri anareob.
Bakteriuri adalah urine yang didalamnya ada bakkeri bukan cemaran flora normal
urethra, atau ditemukan flora normal dalam jumlah yang bermakna pada pemeriksaan laboratorik, baik yang disertai gejala ataupun tanpa gejala.
Dikatakan bakteriuri bermakna bila ditemukan bakteri patogen lebih atau sama dengan
100.000 per ml urine porsi tengah. Penemuan bakteriuri merupakan diagnosis pasti ISK, walaupun tidak selalu disertai dengan gejala klinis.
Pola sensitivitas kuman terhadap antimikroba dan pola kuman penybab ISK akan
berperan dalam keberhasilan pengobatan ISK. Dengan mengetahuinya akan dapat dipilih cara dan antimikroba mana yang harus dipakai dalan pengobatan ISK tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bakteriologi dari infeksi pada saluran
kemih yang berhubungan dengan batu ginjal; untuk mengetahui komposisi kimia batu, dan untuk mengetahui pola kuman dan sensitivitas antibiotik yang diisolasi dari urine. Metode Metode peneletian retropresktif yang dianalisis secara dekskriptif.
Data diambil dari rekam medis pasien rawat inap di bagian Urologi RSUP dr. Sardjito
Jogyakarta selama tahun 2008. Data diolah dengan menggunakan SPSS 13.0.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Kuman Hasil Kultur Urine Kuman Grafik . Distribusi Kuman Hasil Kultur Urine
Tabel 2. Pola dan Sensitivitas Kuman Terhadap Antibiotik Bakteri
Pada tahun 2008 di rawat 59 pasien dengan batu ginjal di bagian urologi RS dr. Ssardjito
Jogyakarta, dengan 32 (54.2%) pria ddan 27 (45.8%) wanita, rerata umur adalah 52.5 10.31 dengan rentang usia termuda 31 dan tertua 75 tahun. Kebanyakan pasien berasal dari daerah Bantul provinsi Jogyakarta (16.9%) dan perkerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 25.4%.
Sebanyak 49 pasien dilakukan pemeriksaan komposisi batu yang menunjukan bahwa
sebagian besar batu mengandung ammonium sebanyak 98% sampel, diikuti oleh calcium non oxalat 93.9% dan calcium oxalat 91.8%, asam fosfat dan asam urat ditemukan 10.2%, cholesterol ditemukan pada 14.3% sampel, kami tidak menemukan batu xanthine maupun sistine dari seluruh batu yang dilakukan analisis. Penelitian yang dilakukan oleh Ye SJ, Yoo ES, Park YK9 pada tahun 1995-2005 mengenai batu saluran kemih menemukan bahwa calcium oxalat (56.3%) merupakan bahan yang paling banyak dikandung oleh batu, dan kandungan yang lain adalah asam urat 22.2%, calcium fosfat 11.4%, magnesium ammonium 8.2%, asam urat amonium 1.3% dan sistine 0.6%.
Empat puluh dua pasien dilakukan kulutur urine dan ditemukan E. coli dan candida pada
2 (4.7%) hasil kultur urine yang diikuti oleh pseudomonas aeroginosa, staphilococcus coagulase negatif sebanyak 1 sampel (2.3%) dan 35 (83.3%) sampel urine yang dilakukan kultur tidak ditemukan pertumbuhan kuman. Hasil ini sama dengan yang didapatkan oleh T. Naas, Al-Agili dan O. Bashir10 bahwa E.coli dan P. mirabilis sebagai mikroorganisme yang paling banyak
didapatkan dari hasil kultur urine yaitu 5 (9.6%) sampel sementara Klebsiella pneumoniae 2 (3.8%) sampel dan Pseudomonas aeruginosa 1 (1.9%) sampel serta Staphylococcus sppa 1 (1.9%), sebanyak 33 (63.4%) sampel tidak ditemukan pertumbuhan kuman.(Tabel 1.)
Tabel 2 memperlihatkan bahwa antimikroba untuk Escherichia coli yang masih sensitif
adalah amikasin, amoxycillin + asam clavulanat, cefoperazone, chloramphenicol, fosfomycin, meropenem dan nitrofurantoin sedangkan yang resisten adalah ampicillin, ceftazidime, ciprofloxacin dan cotrimoxazole. Untuk Klebsiella pneumonia antimikroba yang masih sensitif adalah ceftriaxone, cotrimozale, fosfomycin, nitrofurantoin dan tobramisin sedangkan yang resisten adalah tetracycline, gentamisin, ceftazidime dan amoxycillin. Antimikroba yang masih sensitif terhadap Pseudomonas aeroginosa adalah amoxycillin, cepoferazone, ceftazidime, ceftriaxone, chloramphenicol dan ciprofloxacin sedangkan yang resisten adalah amikasin, amoxycillin + asam clavulanat, cotrimoxazole, fosfomycin, gentamisin, nitrofurantoin, dan tobramisin. Untuk Staphilococcus coagulase negatif yang masih sensitif adalah ampicillin, fosfomycin, meropenem sedangkan yang resisten adalah amoxycillin, cepoferazone, ceftazidime, ceftriaxone, ciprofloxacin, cotrimoxazole, penicillin g dan tetracycline. Candida masih sensitif pada obat-obatan anti jamur yaitu amphotericin B, polimixin B, nystatin, ketokonazole dan myconazole. Hasil ini hampir sama dengan yang ditemukan oleh Ryu KH, Kim MK dan Jeong YB11 bahwa mikroorganisme yang paling sering adalah E. coli (34.4%), Enterococcus (19.0%), Staphylococcus (10.2%), Pseudomonas (9.9%) dan Klebsiella (9.8%), sedangkan antimicroba yang relatif masih sensitive tinggi adalah imipenem dan amikasin sedangkan ampicillin dan ciprofloxacin relatif rendah. Sedangkan Samirah, Darwati, Windarti dan Hardjoeno12 menemukan E.coli (39.4%) dan Klebsiella (26.3%) yang paling banyak dengan amikasin sebagai antimikroba yang paling sensitif untuk seluruh mikroorganisme, sementera amoxycillin dan ampicillin resisten. Kesimpulan
Pada tahun 2008 terdapat 59 pasien batu ginjal yang dirawat di bagian Urologi RS dr.
Sardjito Jogyakarta dengan 32 pasien laki dan 27 pasien wanita. Rata–rata umur berada pada rentang umur 40 – 49 tahun. Pada urinalisis didapatkan leukosituria, eritrosituria dan dari 42 pasien yang diperiksa kultur urine ditemukan kuman yang paling banyak adalah E. Coli dengan antimikroba yang sensitif adalah amikasin, cefoperazone, fosfomycin, meropenem, amoxycilin + asam clavulanat dan nitrofurantoin dan yang resisten adalah ampicillin, ciprofloxacin, ceftazidime dan cotrimoxazole. Sedangkan dari 49 pasien yang dilakukan analisis batu menunjukan bahwa kebanyakan batu mempunyai kandungan ammonium, calcium oxalat dan calcium non oxalat.
Daftar Pustaka
1. Zanetti G, Paparella S, Trinchieri A, Prezioso D, Rocco F, Naber KG. Infection and urolithiasis: current clinical evidence in prophilaxis and antibiotic therapy. Ach Ital Urol Androl, 2008 Mar;80(1):5-12. 2. Kassimi MA, Abdul-Halim R, Hardy MJ. The Problem of urinary stones in western region of Saudi Arabia. Saudi medical journal, 1986, 7, (4):349-401. 3. Reynard J, Brewser S, Biers S. Stone Disease in Oxford Handbook of Urology. Newyork, Oxford University pers, 2006: Chap 9:350-363. 4. Schneider HJ. Epidemiology of uroltihiasis. In: Schneider HJ. Editor. Urolithiasis Etiology Diagnosis. Berlin: Springer Vertag. 1989:137-84. 5. Wollaston, WH. On gouty and urinary concretions. Phil. Trans.1797: 386-401. 6. Not all kidney stones are created equal. In: Rodman JS, Seidmen C, Jones R, Eds. No more kidney sontes.New York, Wiley, 1996:20-5 7. Brown TR. On the relation between the variety of microorganisms and the composition of stone in calculous pyelonephritis. Journal of the American Medical Association 1901;36:1395-7. 8. Fetter TR et al. Satistical analysis of patients with ureteral calculi. Journal of the American Medical Association, 1963, 186:21-3. 9. Ye SJ, Yoo ES, Park YK. Analysis of Urinary Stone Components durning the Last Two Decades. Korean J Urol. 2007 Dec;48(12):1285-1288. 10. Naas T, Al-AgiliS, Bashir O. Urinary Calculi: Bacteriolgical and Chemical Association. Eastern Mediterranean Health Journal, 2001; 7:Nos 4/5 September: 756-762. 11. Ryu KH, Kim MK dan Jeong YB. A Recent Study on the Antimicrobial Sensitivity of the Organisms that Cause Urinary Tract Infection. Korean J Urol. 2007 Jun;48(6):638-645. Samirah, Darwati, Windarti dan Hardjoeno. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran Kemih. Indonesian Journal of Clinical Pathology an Medical Laboratory, Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 110-113.
Pharmacologic Treatment of Alzheimer’s Disease • Recommended use of Cholinesterase Inhibitors (ChEIs) and • Research findings for these treatments agents Other treatment agents, including supplements When to discontinue pharmacologic treatment No pharmacologic treatments currently available for Alzheimer’s disease offer a “cure” for the disease. However, early diagnosi
Iraqi Journal of Veterinary Sciences, Vol. 22, No. 1, 2008 (5-7) Evaluation the effect of albendazole against nematodes in sheep in Mosul, Iraq E. K. Mohamed and M. I. Al-Farwachi Department of Internal and Preventive Medicine, College of Veterinary Medicine, University of Mosul, Mosul, Iraq (Received February 11, 2008; Accepted June 26, 2008) Abstract Six sheep farms in Mos